Reformasi memiliki tampat di samping kebangkitan
kembali kesasteraan, seni, dan sains,perkembangan penemuan, dan kemajuan
penemuan geografis, di antara gerakan-gerakan besar yang mendasari dunia
modern. Reformasi meliputi, seperti yang akan kita pelajari, pemisah
ajaran-ajaran gereja dan otoritas kepausan. Ada
beberapa penyebab Reformasi. Secara politik, reformasi mengekspresikan
perlawanan negara-negara Eropa terhadap otoritas sekuler yang dimiliki gereja.
Setelah nebabg atas feodalisme, negara-negara Eropa ingin membawa gereja ke
dalam juridiksi mereka mencoba membatasi hak-hak istimewa kerajaan-kerajaan
eklesiastikal, menarik pajak pada pendeta, seperti pada subyek-subyek mereka
dan menentukan penunjukan uskup dan kepala biara. Hasilnya adalah perselisihan
terus menerus antar gereja dan negara-negara di Eropa. Secara ekonomi,
Reformasi menyuarakan protes, dari golongan atas dan golongan bawah, melawan
kemewahan dan kemegahan istana kepausan. Protes paling besar terjadi di Jerman,
ketika tidak ada raja yang kuat berani melarang aliran uang ke Roma, seperti
yang telah dilakukan pemimpin Inggris dan Perancis.

Penyebab
politik dan ekonomi Reformasi berkombinasi dengan karakter tokoh-tokoh agama
yang keras. Orang-orang bijaksana di abad 14 dan 15 telah mengkritik keduniawian
gereja, seperti tercermin dalam kehidupan banyak pejabat gereja, dan mendesak
bahwa paus, kardinal, dan uskup harus meniru kehidupan miskin para rasul.
Beberapa reformis, seperti John Wycliffe di Inggris dan John Huss di Bohemia
beraksi lebih lanjut dan menuntut perubahan menyeluruh dalam keyakinan dan
peribadatan Katolik. Pandangan Wycliffe dan Huss diagungkan di Jerman selam
abad ke 16 oleh pendiri Reformasi, Marthin Luther.
Luther
adalah anak dari seorang petani Jerman, yang dengan kerja keras dan
kesederhanaan, memperoleh sedikit kompetensi. Berkat pengorbanan ayahnya,
Luther memperoleh pendidikan theologi, dan filosofi yang baik di Universitas
Erfurt. Ia memperoleh gelar sarjana master ilmu sastra dan kemudian mulai
belajar hukum, tetapi rasa berdosa yang tinggi dan keinginan untuk
menyelamatkan jiwanya sendiri mendorong dirinya masuk ke biara. Beberapa tahun
kemudian Luther mengunjungi Roma, hanya untuk merasa terkejut dengan kelalaian
kehidupan umum di ibu kota kepausan. Setelah kembali ke Jerman ia menjadi
profesor theologi di Universitas Wittenberg, dimana kutbah dan kuliahnya
menarik banyak audiens.

Karier
reformasi Luther dimulai dengan menyerang seistem indulgence seperti yang ditemukan di Jerman. Indulgence adalah surat permohonan maaf yang meringankan seorang
pendosa yang menyesali beberapa atau semua hukuman yang gereja akan berikan
padanya. Indulgence juga diterapkan pada ruh-ruh mereka yang telah
mati di tempat (api) penyucian dosa. Selama abad kegelapan paus menjamin indulgence para pasukan salib,
peziarah, dan pada mereka yang menyumbangkan uang untuk obyek saleh, seperti
pembangunan gereja atau covent.
Banyak
pangeran Jerman menentang metode pengumpulan dan untuk gereja, karena
pengumpulan dana ini banyak mengambil banyak uang dari wilayah-wilayah
kekuasaan mereka. Luther mengutuk pengeumpulan uang yang dilandasi oleh agama
ini, dan ia menunjukan bagaimana masyarakat awam tidak bisa memahami bahasa
Latin denganya indulgence tertulis.
Ia juga sering berpikir bagaimana mereka bisa menghapus hukuman-hukuman dosa
bah kan tanpa perubahan sejati. Luther juga
menolak kemanjuran indulgence untuk
ruh-ruh ditempat api penyucian dosa. Kritik ini dan kritik-kritik lainya dirangkum
oleh Luther dalam 95 thesis atau proposisi, yang iya tawarkan untuk
menentangkan semua musuhnya. Sesuai dengan adat cendikiawan abad pertengahan,
Luther memasang tesis di pintu gereja di Wittenberg, dimana semua orang mungkin
melihatnya. Tesis ini ditulis dengan bahasa Latin, tetapi segera diterjemahkan
dalam bahasa Jerman, dicetak dan disebarluaskan di seluruh Jerman. Dampaknya
sangat besar sehingga indulgence di
Jerman hampir dihentikan.
Paus
pada mulanya, tidak begitu memperhatikan kontoversi tentang indulgence dan menyatakan bahwa itu
adalah “hanya sekadar percekcokan para biarawan,” tapi sekarang paus
mengeluarkan sebuah dekrit menentang Luther dan memerintahkan Luther untuk
mengakui kesalahannya dalam 60 hari atau akan dikucilkan. Dekrit kepausan tidak
membuat Luther takut menghentikan dukungan populer untuk. Ia membakar dekrit
paus di alun-alun pasar Wittenberg, di hadapan concourse para pelajar penduduk
kota. Tindakan dramatis ini mengguncang seluruh Jerman. Paus kemudian mendesak
Kaisar Roma Suci, Charles V, untuk menghukum Luther. Charles ingin melakukanya,
tetapi para pangeran Jerman bersikeras bahwa Luther seharusnya tidak dihukum
dengan dikucilkan. Karenanya, Luther dipanggil di hadapan Majelas para pangeran
dan pejabat tinggi eksesliatikal di Worms. Di sini ia menolak untuk menarik
kembali sesuatu yang telah ia tulis, kecuali jka pernyataan-pernyataannya bisa
ditunjukan bertentangan dengan gereja. “Ini tidak benar juga tidak aman untuk
bertidak kesadaran,” kata Luther. “Tuhan membantuku, Amin.”
Diet
of Worms menyatakan bahwa Luther seorang licik dan penjahat, tetapi
teman-temanya mengamankannya ke kastil Wartburg. Ia berada dalam seklusi selama
beberapa bulan, dan menterjemahkan Injil. Walaupun masih berada di bawah
larangan kekaisaran, Luther sekarang kembali Wittenberg dan membktikan dirinya
untuk gerakan reformasi. Terjemahan injilnya yang mudah dimengerti, dibaca oleh
orang Jerman dan membantu orang Jerman menjadikan bahasa Jerman sebagai bahasa
kesusasteraan mereka. Luther juga menciptakan banyak himne bagus dan sebuah
katekismus, ia membanjiri seluruh negeri dengan pamflet, dan menulis banyak
surat untuk seluruh pengikutnya. Dengan cara ini ia menjadi pemimpin reformasi
Jerman.
Reformasi
di Jerman menarik banyak perhatian, bagi orang-orang Jerman patriotik,
reformasi adalah sebuah pemberontakan melawan kekuatan asing – kepausan Italia.
Bagi orang-orang saleh, reformasi menawarkan daya tarik keyakinan sederhana
yang didasarkan secara langsung oleh Injil. Bagi para pangeran yang berpikir
keduniawian, reformasi adalah kesempatan merebut wilayah dan pendapatan yang
dikuasai oleh gereja. Ajaran-ajaran Luther karenanya diterima banyak orang.
Para pendeta menikahm, para biarawan meninggalkan biara mereka, dan “Agama yang
direformasi” menggantikan Katolik Roma di sebagian besar wilayah di Jerman
utara dan Jerman tengah. Namun demikian, Jerman selatan tidak menjauh dari paus
dan tetap menjadi Katolik Roma hingga saat ini.
Doktrin-doktrin
Luther juga menyebar hingga ke negara-negara Skandivania. Para penguasa
Denmark, Norwegia, dan Swedia menutup biara dan mewajibkan para biarawan
katolik menyerahkan properti eklesiastikal kepada kerajaan. Lutherianisme,
karenanya, menjadi agama resmi di 3 negara ini.
Reformasi
di Swisss dimulai dengan Huldreich Zwingli. Ia sebaya dengan Luther, tetapi
bukan murid Luther. Dari mimbarnya di katedral Zurich, Zwingli memproklamirkan
kitab suci sebagai panduan tunggal keyakinan dan menolak supremasi paus. Banyak wilayah Swiss menerima ajarannya dan memisahkan diri dari Roma.
Pendiri
Protestanisme lainnya adalah orang Prancis, John Calvin. Karya nya yang
berjudul Institutes of the Christian
Religion berisi prinsip-prinsip utama theologi Protestan. Ia juga
menterjemahkan injil ke dalam bahasa Prancis dan menulis penjelasan-penjelasan
tentang semua kitab suci. Calvin menghabiskan sebagian besar hidup nya di
Jenewa. Orang-orang yang ia latih disana dan padanya ia menekankan karakter
takut kepada Tuhan, menyebarkan ajaran Calvinisme ke sebagian besar wilayah
Eropa. Di Belanda dan Skotlandia Calvinisme menjadi tipe Protestanisme yang
unggul, dan di Prancis dan Inggris Calvinisme sangat mempengaruhi kehidupan
nasional. Selama abad ke 17 para puritan membawa Calvinisme menyebrangi lautan
menuju New England, dimana Calvinisme menjadi keyakinan dominan di masa-masa
kolonial.

Reformasi
di Jerman dan Swiss dimulai sebaagai gerakan nasional dan populer, di Inggris
reformosi muncul dalam bentuk tindakan lalim Henry VIII, raja kedua dari
dinasti Tudor. Ia menentang paus karena paus tidak mengijinkan percerain dengan istrinya, Chaterine of
Aragon, yang merupakan bibi dari kaisar Roma Suci dan raja Spanyol, Charles V.
Henry VIII akhirnya bisa menceraikan istrinya dengan bantuin pengadilan Inggris,
dan mengabaikan dekrit kepausan berupa pengucilan, Henry VIII menikahi seorang
dayan yang cantik, bernama Anne Boleyn. Langkah Henry VIII selanjutnya adalah
menerapkan serangkaian hukum yang menghapus otoritas paus di Inggris. Sebuah Act of Supermacy atau undang-undang
supremasi (1534) menyatakan raja Inggris sebagai “satu-satunya pemimpin utama
di muka bumi dari Gereja Inggris,” dengan kekuasaan dengan menunjuk semua
pejabat eklesiastikal dan menghapus pendapatan paus. Penindasan biara dan
pendermaan kekayaan mereka untuk raja dan orang-orang dekatnya segera mengikuti
legislasi ini. Walaupun Henry VIII memisahkan Inggris dari kontrol kepausan, ia
tetap seorang penganut Katolik Roma hingga kematiannya.

Reformasi
membuat Inggris mengalami kemajuan cepat selama pemerintahan anak Henry dan
penerusnya, Edward VI. Pengawal raja muda mengijinkan para reformis dari benua
Eropa datang dari Inggris dan doktrin-doktrin Luther, Zwingli, dan Calvin
secara bebas dikhutbahkan di sana. Agar pelayanan agama pelayanan agama bisa
dilakukan dengan bahasa yang dipahami khalayak umum, Biarawan Agung Cranner dan
para pembatunya menyiapkan Book of Common
Prayer. Buku ini terdiri dari terjemahan kitab suci ke dalam bahasa
Inggris. Dengan sejumlah perubahan, buku ini masih digunakan di Gereja Inggris
dan Gereja Protestan Episcopal di Amerika Serikat. Pemerintah singkat Mary
Tudor, anak perempuan dari Catherine of Aragon, ditandai dengan kemunduran
sementara Protestan. Ratu yang menguasai Parlemen menginginkan rekonsiliasi dengan
Roma. Ia juga menikahi sepupunya, pemeluk Katolik Roma, Philip II dari Spanyol,
anak dari Charles V. Mary sekarang memulai penindasan keras terhadap penganut
Protestan. Banyak reformis utama binasa, diantara mereka adalah Cranner, mantan
uskup agung. Mary meninggal tanpa anak, setelah berkuasa selama lima tahun, dan
kekuasaan diberikan kepada anak perempuan nya Anne Boleyn, Elizabeth. Di bawah
Elizabeth, Anglicanisme lagi menggantikan Katolik Roma sebagai agama Inggris.
SOURCE: HUTTON WEBSTER PHD, WORLD HISTORY