Jendela terbuka angin masuk melewati sela sela, hari mulai larut dengan biru berselimut oranye di langit cakrawala sore. Senja kecil sederhana di kediaman larut damaikan jiwa, seketika waktu membeku berimajinasi kesedihan-kesedihan yang tak berlatar belakang.
Menerka apa yang menggores lamunan saat terdiam duduk tentang kawasan pabrik yang menciptakan tata ruang kapitalis pembentuk kelas borjuasi berdasarkan ruang dan arsitektural. Menyalahkan semen sebagai anak kandung pembentuk beton-beton penghalang imajinasimu, atau hal lain tentang belajar merindu seseorang yang berada di kolong langit, melantunkan nada ayunan ruam-ruam rindu yang sedang meradang.
Kemudian menyalahakan senyuman seseorang yang tak pernah sanggup untuk melenyapkan nya sebagai anak kandung dari rindu yang mengganggu ruang-ruang imajinasimu. Senja adalah sebuah lambang keikhlasan hati terdalam, sebelum matahari tak lagi menerangi langit matilah sebelum mati mengikhlaskan hari berlalu tak pernah bisa meloncat kembali. Kemerdekaan baru saja hidup bagi mereka yang tidak hanya melihat dari dua sisi hitam dan putih.
"All conditioned phenomena are impermanent, all conditioned phenomhena are suffering, all phenomena are without self, when one sees this with insight wisdom one becomes weary of suffering this is the path of purity"
-Dhammapada 277,278,279